Sneek-a-Peek

  • SMA Pertiwi Ambon.
  • Kerja Bakti.
  • Perbincangan beberapa guru.
  • SMA Pertiwi Ambon, berkostum biru.
  • Para guru berpoco-poco-ria.
  • " title="Petandingan Basket" alt="SMA Pertiwi Ambon, berkostum biru." />
IMG_7495 IMG_7412

Sabtu, 05 November 2011

Perbedaan Bukan Halangan Untuk Maluku Aman Dan Tenteram


Maluku ,         
Sebuah Provinsi di Timur Indonesia yang sejak dulu dikenal sebagai daerah penghasil rempah – rempah, juga merupakan salah satu Provinsi tertua di Indonesia. Tak hanya sebagai daerah penghasil rempah – rempah , Maluku juga memiliki banyak kebudayaan, diantaranya adalah ; Pela[i] / Gandong[ii], Pemerintahan Desa yang dipimpin oleh Raja yang hingga sekarang masih berlaku di Maluku, Tari – tarian, Lagu Daerah, serta masih banyak lagi.
Masyarakat Maluku hidup dalam Pluralisme, dimana begitu banyak perbedaan yang ada  Seperti halnya Agama, Suku, Ras, dan sebagainya. Tetapi  Pluralisme bukan halangan untuk saling berinteraksi antar satu dengan yang lainnya, terlihat kebersamaan antar masyarakat Maluku.
Maluku begitu indah, tentram, dan sejahtera. Tetapi konflik atau kerusuhan yang terjadi di Maluku pada Tahun 1999, mengubah segalanya menjadi begitu mencekam. Begitu banyak korban jiwa dan trauma psikologis yang mendera masyarakat Maluku pada saat itu, pengungsian besar – besaran, serta hancurnya infrastruktur. Setelah ditempuh berbagai macam cara, konflik itupun dapat terselesaikan. Dan, kebersamaan antar warga dan masyarakat Maluku pun terlihat kembali.
Waktu terus berputar 12 Tahun sudah, peristiwa itu terjadi dan begitu banyak kemajuan yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah dalam kurun waktu 12 Tahun tersebut. Tetapi , kembali terbuka lagi lembaran lama. Konflik yang sama pun terjadi pada 11 September 2011, terlihat orang – orang berlarian, mengungsi kepada sanak dan keluarga mereka yang berada di daerah aman. Tentara dan Polisi pun saling berjaga – jaga, agar tidak terjadi kejadian yang sama lagi.
Dalam kondisi konflik seperti tersebut peran penanganan keamanan, penyaluran bantuan kemanusiaan, serta penyelesaian terhadap konflik yang terjadi terkesan lambat. Situasi seperti ini menimbulkan berkembangnya ketidakpuasan, makin mengentalnya kemarahan/emosi antar warga yang dampaknya berupa kebencian dan dendam mendalam. Kondisi ini secara gampang, rawan akan provokasi. Ketika berkembang hasutan, teror, dan intimidasi dapat memicu kembali adanya konflik yang sama.
“Kondisi konflik seakan – akan berlangsung dalam suatu “lingkaran kekerasan” yang terus mengentalkan perilaku kekerasan serta memberikan dampak akhir berupa runtuhnya peradaban masyarakat Maluku”.[iii]
Secara perspektif, konflik yang terjadi di Maluku merupakan konflik antar Agama. Bahkan hal ini telah menjadi opini kolektif bahwa konflik – konflik yang terjadi di Maluku merupakan konflik antar Agama.
Terlepas dari opini bahwa konflik Maluku merupakan konflik antar agama. Ternyata sejak dulu sudah ada hubungan atau ikatan negeri – negeri (daerah) antar Agama yang diikat dalam ikatan Pela / Gandong. Misalnya Hubungan Hatuhaha Amarima, yaitu ; Negeri Pelauw (Islam), Negeri Rohomoni (Islam), Negeri Kailolo (Islam), Negeri Kabauw (Islam) dan Negeri Hulaliu (Kristen). Dimana Negeri – negeri tersebut tetap aman, tentram dan sejahtera walaupun adanya perbedaan Agama.
Janganlah kita jadikan perbedaan yang ada sebagai alasan atau faktor penyebab terjadi perpecahan di antara Masyarakat Maluku khususnya Kota Ambon, tetapi jadikanlah itu sebagai alasan untuk terbentuknya Maluku yang Aman dan Tenteram. :)


[i] Pela merupakan sebuah ikatan persaudaraan antar negeri – negeri di Maluku berdasarkan perjanjian (‘angkat sumpah’) yang dibuat oleh kedua negeri tersebut.
[ii] Gandong merupakan sebuah ikatan persaudaraan antar negeri – negeri di Maluku berdasarkan hubungan persaudaraan yang erat diantara kalangan elit yang memimpin negeri – negeri tersebut.
[iii] Lambang Trijono, dkk, Potret Retak Nusantara – Konflik Maluku (Yogyakarta : CSPS Books, 2004), h. 85, 86.

       Karya : Brandon Kristiano Noya "ini merupakan salinan kecil dari Karya Tulis yang dibuat untuk lomba Karya Tulis Asal - Usul Negeri yang diselenggarakan oleh Museum Siwalima"

2 komentar:

  1. Giovanno Pattiasina6 November 2011 pukul 19.09

    Tulisannya bagus,,,
    sangat jujur dan benar-benar menggambarkan pluralitas di maluku...
    keep on good work !

    BalasHapus
  2. makasih kak' ..
    iya, itulah yg saya lihat dan amati dari kehidupan sekitar, serta mengambil inspirasi dari referensi2 yg ada .. Thank you, I'm on preparation for presentation tomorrow :) I think, I can't be the best. But, I'll be one of the bests.. Amin :)

    BalasHapus